Maxine Hairston (1986:6) menyebutkan bahwa tulisan yang baik itu harus bersifat signifikan, jernih, ekonomis, bersifat membangun dan gramatik (good writing is signiicant, clear, unifiel, economical, developed and gramatical). Tentu ini syarat umum dalam sebuah tulisan, mengingat tulisan itu harus dibaca orang. Tulisan memang harus berkaitan (signifikan) dengan suatu permasalahan yang menarik. Kalau tidak, tulisan tersebut tidak akan dibaca. Tulisan juga harus jernih, tidak tndensius, karena unsur subjektif tidak terlalu disenangi para pembaca. Tulisan juga harus ekonomis agar pembaca tidak jenuh saat membaca. Tulisan pun harus bertatabahasa karena itu mencerminkan logika bahasa yang dipakai penulis.
Untuk mendapatkan tulisan yang baik, diperlukan strategi dsan langkah-langkah penulisan karya ilmiah secara sistematis. David Nunan (1991) dalam Syihabuddin (2006) merinci tahapan dalam menulis, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi atau perbaikan tulisan. Kegiatan-kegiatan ini untuk menunjukkan bahwa menulis membutuhkan proses yang berkesinambungan. Pada tahap prapenulisan, kita harus menyiapkan beberapa hal yang mendukung terciptanya tulisan, pada tahap penulisan penulis harus berfokus pada hasil berupa draf tulisan, dan pada saat pascapenulisan fokus penulis diarahkan padaperbaikan tulisan.
McCrimmon (1984:10) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahap, yakni perencanaan, membuat draf, dan merevisi. Perencanaan berkait erat dengan bagaimana kita memulai menulis. Demikian pula, bagaimana kita menggunakan memori untuk kepentingan menulis. Membuat draf artinya membuat garis besar tulisan. Merevisi artinya meneliti kembali tulisan agar tidak mengandung kesalahan yang membuat tulisan itu tidak baik.
Dalam hal gagasan, DePorter (1999:181) menyebutkan bahwa pengelompokan (clustering) adalah salah satu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkanya keatas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap:
1. Melihat gagasan dam membuat kaitan antar gagasan
2. Mengembangkan gagasan yang telah dikemukakan
3. Menelusuri jalan pikiran yang telah ditempuh otak agar mencapai suatu konsep
4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau pertimbangan
5. Memvisualisasikan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah
6. Mengalami desakan kuat untuk menulis
Dalam rangka menghindari hambatan-hambatan yang dialami saat menulis, DePorter (1999:187) memberikan kiat-kiat, yakni:
1. Pilihlah suatu topik
2. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu
3. Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang anda tulis adalah " Aku tak tahu apa yang harus kutulis"
4. Saat timer berjalan, hindari:
Pengumpulan gagasan
Penganturan kalimat
Pemeriksaan tata bahasa
Pengulangan kembali
Mencoret atau menghapus sesuatu
5. Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti
Prosen menulis tidak selalu mengikuti panduan diatas, adakalanya seseorang memiliki cara atau strategi tertentu. Hal ini dapat dibenarkan sepanjang tujuannya sama menghasilkan tulisan yang baik. banyak penulis tidak mau terikat oleh panduan-panduan yang dianggapnya memebelenggu. Sebagai sebuah proses kreatif menulis memang tidak selalu dapat diatur dan diurutkan.berdasarkan hal-hal diatas, namun juga terdapat spontanitas dan improvisasi yang memiliki posisi penting dalam kreatif menulis. Namun demikian, setiap gagasan atau ide tidak selalu mudah diingat oleh penulis. Oleh karena itu penulis dengan gaya yang dimilikinya tetap harus mencatat ide-ide itu supaya tidak lupa. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan membuat rancanagn tulisan atau membuat peta pikiran dari calon tulisan yang hendak kita buat. Mungkin rancangan dan peta pikiran tersebut tidak harus formal dan lengkap, hal ini sekedar membantu agar gagasan tidak menguap dan sipa dirangkai pada saat menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar